Minggu, 20 Desember 2015

Membagi Waktu Antara Kuliah dengan Organisasi

5 Tips Membagi Waktu Kuliah dan Organisasi dengan Baik

Jika kamu seorang mahasiswa jangan sampai kamu menjadi mahasiswa yang hanya menjadi mahasiswa kupu – kupu (kuliah pulang, kuliah pulang). Aktiflah di berbagai organisasi yang kamu sukai. Tidak akan rugi ketika kamu mengikuti kegiatan selain kegiatan kuliah. Karena dengan berorganisasi, kamu bakal terbiasa bekerjasama dengan orang lain (work as a team), memiliki jiwa kepemimpinan (work as a leader), terbiasa bekerja dengan manajemen (work with management). Di dalam kehidupanmu setelah kuliah, skill tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia yang sebenarnya. Tetapi kadang seorang mahasiswa aktivis organisasi menemui kendala dalam membagi waktu antara kuliah dan organisasi. Berikut tips tips membagi waktu kuliah dan organisasi :

1. Tentukan kembali visi hidupmu

Visi merupakan pandangan ke depan yang menggambarkan jadi apa kamu kelak. Misi adalah hal-hal yang dilakukan untuk mencapai visi. Visi adalah jawaban atas pertanyaan,
“Apa yang paling penting bagimu?”, “Apa yang memberi makna dalam hidupmu?”, “Kamu ingin jadi apa dan apa yang ingin kamu lakukan dalam hidupmu?” Jadi, jika visimu adalah “Mahasiswa Plus”, memang seharusnya kamu merencanakan dan mengatur segalanya.

2. Aturlah Waktumu

Biasakan memanage perencanaan waktu. Buatlah jadwal kuliah dan kegiatan organisasi dalam satu timeline yang detail – baik hari, jam, dan tempatnya. Kamu bisa menulisnya di note smartphone mu atau di buku agenda.

3. Tentukan Prioritasmu

tips membagi waktu kuliah dan organisasi
a. Kuadran I:
Dahulukan yang penting dan mendesak, yaitu: krisis-krisis, pekerjaan – pekerjaan yang memiliki deadline, sakit atau kecelakaan- dan harus segera ke dokter, dsb.
b. Kuadran II:
Penting tapi tidak mendesak. Ini adalah kuadran kualitas. Perencanaan jangka panjang, mengantisipasi dan menanggulangi masalah-masalah, memberi wewenang pada orang lain, memperluas cakrawala berpikir (membaca buku, surfing internet), membangun hubungan sosial (menengok orang sakit, menghadiri undangan perkawinan, dll).
c. Kuadran III:
Bayang-bayang dari Kuadran I. Kuadran ini sesungguhnya tidak penting tetapi kadang penting lagi mendesak. Kuadran III adalah kuadran tipuan. Jangan salah nilai! Kita kerap mengira aktivitas tertentu adalah aktivitas Kuadran I yang mana kadang terlihat mendesak, padahal tidak (telepon yang berdering, bunyi sms, kunjungan tamu dadakan). Kalaupun penting, mungkin bagi orang lain – but might be not for you.
d. Kuadran IV:
Kuadran pemborosan. Ini terjadi karena kita sering terjebak pada Kuadran I dan III sehingga kita sering melarikan diri ke Kuadran IV untuk bertahan; nonton TV/VCD/main game hingga kecanduan, membaca novel picisan hingga “muak”, ngerumpi tanpa batas.
Cobalah senantiasa mencermati prioritasmu dan usahakan selalu berada di Kuadran II dan sekali di Kuadran I (jika memang sangat mendesak). Jangan tertipu dan terjebak di Kuadran III dan IV.

4. Komunikasi

Biasakan bersikap dan berkomunikasi asertif. Contoh: besok, kamu menghadapi ujian semester. Akan tetapi, kamu juga memiliki agenda rapat yang – nampaknya-mendesak. Dalam situasi ini, kamu harus berani mengatakan tidak, tetapi tetap dalam koridor kesantunan. Ujian semester adalah Kuadran I, sedangkan rapat organisasi, boleh jadi, penting bagi orang lain, tapi mungkin tidak bagimu. Rapat bisa diganti waktu lain, namun ujian semester tidak bisa.

5. Jangan menunda pekerjaan

Menunda pekerjaan adalah kebiasaan buruk dan tidak bertanggungjawab yang menyebabkan kita kerap terjebak pada Kuadran I secara membabibuta. Kita bisa tiba-tiba merasa semua pekerjaan pada deadline-nya. Padahal jika kita terbiasa mencicil pekerjaan-pekerjaan yang diamanahkan atau dibebankan pada kita, tidak akan berakhir sedemikian naasnya. Biasakanlah setiap hari: membaca kembali kuliah yang diberikan dosen, meringkas buku diktat kuliah, merencanakan kegiatan setiap hari. Meski terasa berat di awal, namun kamu bakal memetik hasil yang menyenangkan di bagian akhir dalam hidupmu, Insya Allah.
Sumber: Annida, No.8/XVII, April 2008
Rubrik Studia bersama psikolog Setiawati Intan Savitri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar